ISLAM DI INDONESIA MASA MODERN DAN KONTEMPORER
ISLAM DI INDONESIA MASA MODERN DAN KONTEMPORER
Islam datang dan berkembang di Indonesia lebih dari lima abad, pemahaman dan penghayatan keagamaan masih cenderung sinkretik; tarik-menarik antara nilai-nilai luhur Islam dengan budaya lokal. keberagaman tidak sepenuhnya dapat lepas dari pengaruh sinkretik yang diwariskan oleh para pendahulu. Secara kelembagaan, Muhammadiyah dan Persis berusaha melakukan pembaruan dengan melepaskan umat dari pengaruh-pengaruh non-Islam. Akan tetapi, gerakan ini mendapat tentangan dari kalangan nadliyin (NU) yang cenderung mentholelir dan melestarikan kebiasaan-kebiasaan tersebut.[1]
Gerakan keislaman atau kebangkitan Islam dimulai sejak Islam bersentuhan dengan Barat melalui kolonialisasi dan imperialisasi wilayah kekuasaan Islam dan ini merupakan awal dari abad modern di dunia Islam, atau dalam pandangan merupakan masa kebangkitan Islam. Islam dihadapkan dengan kondisi zaman yang begitu progresif, berada di luar bayangan umat Islam sebelumnya, Barat datang dengan seperangkat temuan-temuan canggih dalam bentuk sains dan teknologi, sistem sosial yang begitu apik, semuanya merupakan cermin atau ciri dari modernisme yang berkembang di Barat.[2]
Napoleon Banoparte (1798-1801) yang datang ke Mesir misalnya datang dengan segenap perangkat modernisme, seperti disertakannya para ilmuwan, perpustakaan, literatur Eropa modern, laboratorium ilmiah, serta alat-cetak dengan huruf Latin, Yunani, dan Arab. Dari kondisi ini maka dimulailah apa yang dinamakan dengan gerakan kebangkitan Islam, yang dalam pandangan melihat bahwa respons Islam terhadap Barat justru melahirkan Muslim modernis dalam pandangan yang modernis pula.[3]
Gerakan pembaharuan yang paling menonjol di abad modern adalah yang berasal dari ajaran Muhammad Abduh dan pemikiran Rasyid Ridla. Buah pemikiran mereka berdua lah yang kemudian mempengaruhi jalan pemikiran modern di Indonesia. Ada sederetan nama tokoh yang turut andil dalam menyebarkan paham pembaharuan ke Indonesia pada akhir abad ke XIX dan awal abad ke XX. Diantaranya Taher Jalaluddin dari Minangkabau. Dia termasuk orang yang banyak terlibat dalam surat kabar pembaharuan berbahasa Melayu, al-Imam, yang terbit di Singapura.[4]
Berawal dari gerakan modern Islam yang merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi oleh umat Islam pada masanya. Gerakan modern ini bertitik tolak dari kemunculan gerakan Wahabi yang reformis dan puritanis di Saudi Arabia. Gerakan modern ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah Pembaharuan Islam abad kontemporer yang bersifat intelektual dan Global.[5]
Gerakan yang lahir di Timur Tengah ini memberikan pengaruh besar kepada kebangkitan Islam era kontemporer di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaharuan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia. yaitu, seperti di Jakarta mendirikan Jamiat Khair.[6]
Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan terbentuknya beberapa organisasi sosial misalnya SDI (Sarekat Dagang Islam) di Bogor tahun 1909 dan Solo tahun 1911, Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1912, Persis (Persatuan Islam) di Bandung tahun 1920, NU (Nahdhatul Ulama) di Surabaya tahun 1926, dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) di Candung, Bukit Tinggi tahun 1930.[7]
Indonesia merupakan negara muslim terbesar, teatapi masyarakatnya tidak memiliki pandangan yang sama dalam memperjuangan agama Islam. Begitu pula dengan partai-partai Islam. Mereka memiliki visi yang berbeda-beda, sehingga strategi yang dijalankan juga berbeda-beda. Sehubungan dengan itu, dari sejumlah partai Islam terbuka. Partai Islam tertutup ialah partai yang berasaskan Islam, yaitu Partai Persatuan Pembanagunan (PPP), Partai Keadilan Sejahteran (PKS), dan partai kebangkitan umat (PKU), sementara itu, partai Islam terbuka ialah partai yang berasaskan Pancasila, tetapi tetap mempertahankan konsituen Islam, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN).[8]
Meskipun begitu, pada masa ini dakwah tetap berjalan dan mulai merambah dunia hiburan. Hal ini terlihat dari maraknyan sinetron dan novel Islami. Pada da'i, seperti K.H. Hasyim Muzadi, Prof. Dr. Quraish Shihab, Prof. Dr. Din Syamsuddin, dan K.H. Abdullah Gymnastiar; yang kerap kali mereka muncul di berbagai media. Di samping itu, pada masa ini muncul bank dan asuransi yang berlabelkan syariah.[9]
Gerakan politik Islam di Indonesia selalu menarik untuk ditelaah para ilmuwan politik dalam dan luar negeri. Intelektual politik Indonesia antara lain Nazaruddin Sjamsuddin, Syafi'i Maarif dan Deliar Noor. Sedangkan ilmuwan politik asing yang tertarik dengan gerakan politik Islam di Indonesia antara lain Herbert Feith, Geertz, J. Benda, Karl Jacson, William Liddle dan Hiroko Horikosi. Ketertarikan ilmuwan politik selalu didasarkan pada beberapa asumsi, antara lain.[10]
Pertama, Islam politik di Indonesia memiliki model bisnis yang berbeda dengan Islam di negara-negara Muslim lainnya. Islam politik Indonesia lebih reseptif terhadap demokrasi tetapi sangat dipengaruhi oleh budaya lokal. Kedua, Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas orang dan karena itu memiliki kekuatan politik yang cukup besar. Dan ketiga, ada rentetan sejarah perjuangan dan perlawanan dalam politik Islam.[11]
Daftar Pustaka
FSH, Admin. “Peta Politik Islam dan Demokrasi di Indonesia.” Fakultas Syariah dan Hukum (blog), April 18, 2023. https://fsh.uinsgd.ac.id/peta-politik-islam-dan-demokrasi-di-indonesia/.
Fuad Masykur. “SEJARAH DAN DINAMIKA PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA DARI MASA KLASIK HINGGA MODERN (AKHIR ABAD KE XIX-AWAL ABAD KE XX).” Tarbawi 5, no. 1 (February 2022).
Inggria Kharisma. “ISLAM DAN DAKWAH DI INDONESIA PADA MASA KONTEMPORER.” IAIN Bukittinggi 24, no. 1 (June 2020).
Muhammad Rusydy. “Transformasi Pemikiran Dan Gerakan Islam Indonesia Kontemporer.” Tajdid XVI, no. 1 (July 2017).
Saiul Anah. “MASYARAKAT ISLAM INDONESIA PADA ABAD MODERN DAN KONTEMPORER.” Jurnal Keislaman 4, no. 2 (Sebtember).
[1] Fuad Masykur, “SEJARAH DAN DINAMIKA PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA DARI MASA KLASIK HINGGA MODERN (AKHIR ABAD KE XIX-AWAL ABAD KE XX),” Tarbawi 5, no. 1 (February 2022).
[2] Saiul Anah, “MASYARAKAT ISLAM INDONESIA PADA ABAD MODERN DAN KONTEMPORER,” Jurnal Keislaman 4, no. 2 (Sebtember): hlm. 190.
[3] Saiul Anah, “MASYARAKAT ISLAM INDONESIA PADA ABAD MODERN DAN KONTEMPORER.”
[4] Fuad Masykur, “SEJARAH DAN DINAMIKA PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA DARI MASA KLASIK HINGGA MODERN (AKHIR ABAD KE XIX-AWAL ABAD KE XX),” hlm. 191.
[5] Muhammad Rusydy, “Transformasi Pemikiran Dan Gerakan Islam Indonesia Kontemporer,” Tajdid XVI, no. 1 (July 2017): hlm. 37.
[6] Inggria Kharisma, “ISLAM DAN DAKWAH DI INDONESIA PADA MASA KONTEMPORER,” IAIN Bukittinggi 24, no. 1 (June 2020): hlm. 58.
[7] Muhammad Rusydy, “Transformasi Pemikiran Dan Gerakan Islam Indonesia Kontemporer,” hlm. 38.
[8] Inggria Kharisma, “ISLAM DAN DAKWAH DI INDONESIA PADA MASA KONTEMPORER,” hlm. 63.
[9] Inggria Kharisma, hlm. 64.
[10] Admin FSH, “Peta Politik Islam dan Demokrasi di Indonesia,” Fakultas Syariah dan Hukum (blog), April 18, 2023, https://fsh.uinsgd.ac.id/peta-politik-islam-dan-demokrasi-di-indonesia/.
[11] FSH.
Komentar
Posting Komentar